Mewujudkan Guru Virtual

 

sumber gambar : Guru dan Siswa Manfaatkan Teknologi Belajar di Masa Pandemi | Milenial (gatra.com)

Di Sekolah kami beberapa tahun ini telah membuka kelas ICT (Information, Communication and Teknology), yaitu sebuah kelas yang siswanya membawa laptop sebagai pengganti buku. Ruangan kelas yang telah dilengkapi dengan wi-fi, memungkinkan proses belajar mengajarnya memakai jasa internet. Fungsi seorang guru tak lebih sebagai moderator belaka. Konten yang dikenal adalah penyedia pembelajaran online.

Hal-hal berikut yang menurut hemat saya, yang minimal harus dimiliki oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas ICT

1.    Memiliki mail aktif

Ibarat sebuah SIM, mail wajib digenggam oleh seorang guru. Mail memiliki fungsi sebagaimana sebuah kartu cerdas yang bisa berbagi informasi. Disinilah Kepala Sekolah, Guru, Siswa dan Orangtua berinteraksi satu dengan lain dalam membangun sebuah jaringan komunikasi. Komunitas yang dibentuk menuju satu titik yaitu pembelajaran.

Seorang siswa dapat mengumpulkan pekerjaan kepada guru tanpa dihalangi waktu dan tempat. Orangtua member saran dan kritik kepada sekolah ataupun komite tanpa harus mengunggu undangan dari sekolah. Semua itu dengan syarat, telah terbiasa dan selalu membiasakan diri bahwa internet menjadi sahabat sejati.

2.    Tiada hari tanpa Browshing

Detik.com, kompas.com, inilah.com dan portal lainnya adalah santapan wajib. Sangat naïf, bila seorang guru (terlebih di ICT) sama sekali tidak membuka berita. Sama halnya bila tidak pernah membaca Koran, majalah dan buku-buku lainnya. Saya berani bertaruh, kalau disekolah berlangganan koran paling banyak 2 (dua). Majalah yang tersediapun juga majalah yang wajib dibeli alias majalah yang diterbitkan oleh Dinas ataupun perkumpulan guru. Mengenai isinya? Pembaca lebih tahu dan paham. Jurnal? Saya juga yakin kalau buku ini didapatkan dari promosi dari sebuah jurnal. Padahal kalau kita mau jujur, jurnal lebih representatif. Lebih bisa dipertanggungjawabkan isinya.

Internet menyediakan lebih dari sekedar yang dibutuhkan. Seseorang bisa membuka portal berita sebanyak 4 (empat) sekaligus. Bisa mencomot informasi sebagai bahan pembelajaran. Blog atau web yang bernuansa edukasi banyak tersedia. Wikipedia adalah web yang harus bertengger di bookmark. Disanalah sebagai salah satu acuan sumber belajar.

Penyedia konten pembelajaran adalah ibarat buku referensi. Mengapa demikian? Karena yang dihadapi siswa, sekolah satu dengan lainnya berbeda. Tahun sekarang, tahun yang lalu dan tahun yang akan datang juga berlainan. Sebagai moderator, guru diharapkan cakap dalam menyikapi persoalan. Temuan siswa pada saat browshing bisa jadi berbeda-beda.

3.    Memiliki web/blog pribadi

Web/blog pribadi dari seorang guru berfungsi sebagai salah satu buku pegangan bagi siswa. Isinya bisa juga sebagai sebuah pengantar dalam mengarungi dunia maya. Atau lebih simpelnya adalah sebagai pemicu.

Blog juga bisa bermanfaat untuk media diskusi. Masalah yang timbul bisa dibicarakan bersama-sama antar guru, siswa dan orangtua. Acap kali sebuah kejadian dibiarkan berlalu tanpa kesan atau bahkan menjadi sebuah titik yang sewaktu-waktu bisa meletus. Sangat disayangkan. Padahal saluran informasi telah tersedia.

Kapasitas seorang guru juga bisa dilihat dari blognya. Pernak-pernik ide kreatif bisa dituangkan dalam sebuah tulisan. Keberadaan blog ini adalah kontinuitas. Tidak seketika. Web yang selalu ter update, sehingga kita juga bisa menilai guru tersebut memang konsisten.

Dimasa depan, apa yang kita idamkan segera terwujud yaitu guru virtual, dengan siswa yang tidak terbatas di sekolah tertentu saja. Semoga.

Komentar

Postingan Populer